Rabu, 30 April 2014

Lengkungkan, Jangan Patahkan

Intisari-Online.com – Seseorang
duduk di tepi sungai dan dalam diam.
Ia menikmati damai dan tenangnya
suasana sekitar, melihat arus sungai
yang tengan, dan mendengarkan
suara burung berkicau, serta
gemerisik daun di pepohonan.

Ia juga menyaksikan ketika batang
bambu dari rumpun bambu itu
meliuk-liuk terbawa angin dan
kembali dengan anggun ke posisi
tegak setelah angin mereda.

Orang itu mulai berpikir bagaimana
kemampuan pohon bambu untuk
bangkit kembali atau kembali ke
posisi semula. Sama halnya dengan
kita, bagaimana kemampuan kita
untuuk mudah pulih dari shock,
depresi, atau situasi lain yang
terkadang menguras emosi
seseorang.

Hidup adalah campuran saat baik
dan buruk, saat bahagia dan saat-saat tidak bahagia. Pada suatu saat
kita mengalami saat-saat yang buruk
atau bahagia, membungkuklah agar
tidak mudah "pecah". Cobalah yang
terbaik agar tidak membiarkan situasi
emosi itu menguasai kita.

Tentunya kita akan berharap semoga
hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Cobaan yang tidak menyenangkan
mungkin lebih mudah ditangani jika
kita tahu hasil akhirnya
menyenangkan. Tapi, jika kita sedang
berada pada titik tersulit, tunjukkan
ketahanan kita seperti pohon bambu,
yang mampu meliuk, tapi tidak
pecah.

http://intisari-online.com/mob/read/lengkungkan-jangan-patahkan

Jangan Lupakan yang Terbaik

Intisari-Online.com – Ada sebuah kisah dari Skotlandia
kuno tentang seorang bocah miskin yang
mengembalakan ternaknya di punggung gunung.

Suatu hari, ia melihat sebuah bunga cantik. Saking
cantiknya, ia tidak dapat menahan diri untuk tidak
memetiknya. Pada saat ia memetik bunga itu, tiba-tiba
terdengarlah suara.

Ketika ia menengadah, ia melihat dinding gunung itu
terbuka, dan muncul sebuah gua yang didalamnya
berisi permata dan logam berharga. Ia melangkah
masuk ke gua itu, meletakkan bunganya dan mulai
memungut : emas, perak, batu-batuan mulia sebanyak-banyaknya. Ketika tangannya sudah penuh dan hendak
keluar, terdengarlah suara, "Jangan lupakan yang
terbaik."

Ia berbalik dan memungut lebih banyak benda-benda
berharga itu. Ketika ia keluar dari gua itu, gua itupun
menutup dan gunung itu kembali seperti sedia kala.
Pada saat itulah, semua yang ada di tangannya
berubah menjadi debu.

Suara itu kembali berkata, "Kamu melupakan yang
terbaik. Bunga itu adalah kunci untuk membuka gua
itu."

Cerita itu menggambarkan realita kehidupan orang
masa kini. Pada mulanya seorang mencari Tuhan,
mendekat pada Tuhan, haus dan rindu mendengar
suara Tuhan. Sejalan dengan itu, kehidupannya tambah
diberkati Tuhan. Tuhan melimpahinya dengan apa yang
menyenangkan hatinya. Tetapi lama-kelamaan, rasa
haus akan Tuhan bergeser menjadi rasa haus akan
berkat-berkat Tuhan. Akhirnya, didalam kegairahan
mencari berkat Tuhan, ia kehilangan apa yang paling
penting, yaitu keintiman dengan Tuhan sendiri.

Kesibukannya dalam urusan berkat Tuhan justru
membuatnya menjauh dari Tuhan. Ia lupa bahwa tanpa
"kunci" itu, yaitu keintiman dengan Tuhan, semua
berkat itu adalah debu. (SD)

http://intisari-online.com/mob/read/jangan-lupakan-yang-terbaik